Wednesday, March 12, 2025
HomeOpiniMenjadi Pahlawan Pendidikan

Menjadi Pahlawan Pendidikan

Oleh : Imam Syafei (Presidium KAHMI Kab.Bandung, Alumni Golkar Institute YPL 8)

BERITASEJABAR.ID -ARTIKEL – Setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati hari yang begitu bersejarah, yaitu Hari Pahlawan. Tentu, peringatan ini bukan sekadar menjadi rutinitas tahunan atau seremonial semata, tetapi harus dijadikan momentum untuk mengenang jasa para pahlawan yang dengan ikhlas, berani, dan rela berkorban demi memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Meletusnya peristiwa 10 November dilatarbelakangi oleh para penjajah yang belum rela melepaskan Indonesia yang baru beberapa bulan menyatakan kemerdekaannya.

Peristiwa 10 November 1945 tidak lepas dari peran penting sosok muda yang dengan lantangnya menyerukan orasi melalui radio. Siaran Bung Tomo melanglang ke berbagai radio di Surabaya di mana selalu diawali dengan kalimat takbir sehingga membuat hati warga tergerak.

Para pahlawan telah mencontohkan dan membuktikan bahwa kemerdekaan Indonesia dapat diraih dengan hati yang ikhlas dan sikap pantang menyerah. Semangat inilah yang patut diteladani pada masa sekarang.

Yang Muda yang Peduli Pendidikan

Dalam perjalanan bangsa Indonesia, kontribusi pemuda sangatlah penting dan dibutuhkan oleh bangsa ini. Pemuda yang dimaksud adalah mereka yang benar-benar bisa membawa bangsa ini menjadi lebih baik dan mampu berdiri di atas kakinya sendiri. Karena itu, semangat para pahlawan perlu dikontekstualisasikan di era kekinian. Itu artinya, generasi muda perlu mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal positif sesuai bidang dan kemampuan masing-masing.

Misalnya, pemuda bisa menyalurkan semangat para pahlawan di sektor pendidikan demi memperjuangkan masa depan anak bangsa terbebas dari ketertinggalan dan kebodohan. Kepedulian terhadap dunia pendidikan menjadi hal yang sangat penting apalagi dunia pendidikan Indonesia masih kalah dari negara-negara tetangga.

Persoalan lain dunia pendidikan kita adalah meningkatnya jumlah anak putus sekolah. Merujuk laporan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukkan, ada 75.303 orang anak yang putus sekolah pada 2021. Jumlah anak yang putus sekolah di tingkat sekolah dasar (SD) merupakan yang tertinggi sebanyak 38.716 orang. Kemudian, jumlah anak putus sekolah di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) yakni sebanyak 15.042 orang. Berikutnya, sebanyak 12.063 orang anak putus sekolah di tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK). Sementara itu, sebanyak 10.022 orang anak putus sekolah di tingkat sekolah menengah atas (SMA) (Katadata.co.id, 16/03/2022).

Karena itu, untuk mengurai persoalan tersebut dibutuhkan keterlibatan semua pihak. Artinya, dunia pendidikan bukan semata-semata tugas dan tanggung jawab pemerintah, melainkan tugas kita bersama, termasuk generasi muda. Kepahlawan di sektor pendidikan sangat diperlukan sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang sudah dijamin dalam konstitusi.

Di sini, Indonesia membutuhkan pemuda-pemuda hebat yang bisa menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi pendidikan dewasa ini. Kaum muda bisa memulai dari hal kecil dan sederhana, seperti mengampanyekana pentingnya pendidikan, membuka lembaga pendidikan non formal (pendidikan kesetaraan), menjadi pengajar di daerah pelosok atau mendirikan rumah baca yang berdampak terhadap pengurangan angka butu huruf. Jika generasi muda mampu melakukan hal sederhana ini, maka mereka layak disebut “pahlawan kekinian”. Selamat Hari Pahlawan!

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments